Sorong, papuadeadline.com,– Akademisi Universitas Papua, Agus Irianto Sumule memaparkan presentasi serius mengenai kondisi anak tidak mengenyam pendidikan di Papua Barat. Jumlahnya mencapai 68.988 anak. Menurut Agus, pemetaan angka putus sekolah di Papua Barat terbagi menjadi dua yakni Bomberai dan Domberai.
Untuk Bomberai berada di Kabupaten FakFak, Kaimana dan Teluk Bintuni. Wilayah Teluk Bintuni penyumbang terbesar anak tidak sekolah sebanyak 5.598. Selanjutnya Kabupaten Kaimana dengan jumlah anak tidak bersekolah 4.588, dan Kabupaten FakFak sebanyak 4.318 anak tidak bersekolah.
Sementara di wilayah Domberai yang mencakup Kabupaten Manokwari, Pegunungan Arfak, Manokwari Selatan, Kabupaten Sorong, Raja Ampat, Teluk Wondama, Tambrauw, Kota Sorong dan Kabupaten Sorong Selatan.
Kabupaten Manokwari merupakan penyumbang terbesar anak tidak bersekolah sebanyak 12. 804. Kemudian Kabupaten Pegunungan Arfak dengan 8.508 anak tidak bersekolah, sedangkan di urutan ketiga, Kota Sorong dengan jumlah 6.577 anak tidak bersekolah.
Kata Agus, ada 3 hal yang harus dilakukan untuk mengatasi permasalahan pendidikan, memberikan hak pendidikan anak, pendidikan dewasa dan pembenahan permasalahan tenaga guru di Provinsi Papua Barat.
“Masalah lainnya adalah situasi guru yang ada, karena gurulah yang menyelesaikan masalah ini. YouTube tidak bisa mengatasi masalah pendidikan, kecuali guru,” jelasnya, saat Raker Bupati/Walo Kota di Papua Barat, Kamis 20 Oktober 2022.
Menindaklanjuti hal tersebut, Penjabat Gubernur Papua Barat, Komjen Pol. (Purn) Drs. Paulus Waterpauw,M.Si menyatakan forum Raker Bupati/Walikota merupakan sarana penting untuk membahas masalah yang terjadi. Oleh sebab itu wajib mencari solusi atas banyaknya faktor penyebab angka anak putus sekolah di Papua Barat menyentuh jumlah sangat besar. Dasar pendidikan juga berpengaruh pada bekalasa depan guna menekan angka pengangguran di daerah.
Angka putus sekolah dari data 68.988 anak putus sekolah. Banyak faktor penyebabnya, antara lain dari faktor ekonomi orang tua. Kebanyakan dari jumlah angka anak putus sekolah di bangku SD.
“Kalau ada investor yang masuk dan tercipta lapangan kerja, bagaimana anak-anak kita ini mau bekerja? Masalah pendidikan Itu merupakan topik utama,” kata Waterpauw. *** (Rilis Kominfo PaBar)
Be the first to comment