
Oleh. Nasarudin Sili Luli
Direktur Eksekutif NSL Political Consultant and Strategis Champaign
Nampaknya, koalisi Pasangan Calon Gubernur – Wakil Gubernur Papua, Mathius D. Fakhiri – Aryoko Rumaropen (Mari-Yo),tengah menghadapi ujian soliditas internal, tidak hanya sebagai koalisi parpol pendukung, melainkan juga gejolak internal partai dakwah tersebut.
Baru – baru ini, Ketua Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Provinsi Papua, Suherman, menegaskan bahwa seluruh kader PKS tetap konsisten dan tegak lurus mendukung pasangan calon Mari-Yo. Hal ini disampaikan Suherman sebagai klarifikasi atas beredarnya informasi yang menyebut adanya kader PKS yang mengalihkan dukungan ke pasangan calon lain.
Pertanyaannya adalah apakah kader yang mengatasnamakan PKS membaca kekalahan Mari-Yo sebelum berperang ?.
Ada dua hipotesis untuk menjawab pertanyaan itu. Hipotesis pertama, jawabannya adalah “iya”. Bukan tidak mungkin pasangan Mari Yo terjebak pada ilusi kerumunan kampanye.
Jika benar demikian, tulisan Chris Mooney yang berjudul Science Confirms: Politics Wrecks Your Ability to Do Math memberikan penjelasan yang bagus. Mengutip studi dari Yale Law School, Mooney menyebut bahwa gairah politik dapat merusak keterampilan penalaran yang sangat mendasar.
Dengan kata lain, gairah politik Mari Yo untuk menang di PSU Pilkada 2025 mendatang tampaknya membuat simpatisan dan kader PKS mereka lebih percaya pada kerumunan massa yang parsial, daripada temuan survei yang bersifat menyeluruh.
Hipotesis kedua, jawabannya adalah “tidak”. Alasan di balik respons optimis ketua DPW PKS Suherman yang mengatakan ” Isu-isu seperti ini justru memperlihatkan bahwa aura kemenangan sudah mulai terasa di pihak kami. Maka berbagai cara dimainkan untuk menggoyahkan barisan, termasuk melalui disinformasi,”bukan karena terjebak ilusi kerumunan kampanye, melainkan, itu adalah respons untuk memberikan semangat.
Strategi Perang PKS
Dalam bukunya yang masyhur, The Art of War, Sun Tzu mengatakan, “Apabila prajurit sangat cemas, putus asa, dan tidak memiliki semangat, maka ia tidak bisa diberdayakan.”
Dalam pandangan Sun Tzu, memiliki seorang panglima (Suherman) yang mampu membangkitkan semangat prajurit adalah kunci untuk mencapai kemenangan dalam pertempuran.
Seorang panglima yang mampu memotivasi dan menginspirasi prajuritnya akan mampu mengarahkan energi dan tekad mereka dengan lebih efektif.
Kata-kata dan tindakan panglima yang mampu membangkitkan semangat dapat mengubah suasana hati dan mempengaruhi psikologi prajurit, mendorong mereka berjuang lebih keras dan berani.
Dalam menghadapi situasi yang sulit, panglima yang mampu membakar semangat prajuritnya akan mampu menciptakan atmosfer yang positif. Prajurit akan termotivasi dan yakin terhadap tujuan pertempuran.
Kemampuan ini juga dapat membantu dalam mengatasi tantangan dan rintangan, sehingga prajurit lebih termotivasi untuk bertahan dan berjuang, bahkan dalam kondisi yang sulit.
Apabila PKS (Suherman) tidak memberikan respons optimis, itu dapat menurunkan semangat para pendukungnya. Suherman dengan jelas ingin mengobarkan api semangat. Jika pendukung kader dan simpatisan PKS mereka kalah mental duluan, tidak akan ada usaha besar untuk bertarung di PSU Pilkada Papua mendatang.
Para pendukung PKS mungkin akan mengatakan, “Untuk apa berjuang mati-matian, toh partai koalisi MariYo yang tetap konsisten dan mendukung hanya PKS pasti juga akan kalah karena surveinya kecil”.
Dengan politik adalah pertarungan persepsi, menjaga semangat tempur pemenangan adalah keharusan yang tidak dapat ditawar.
Tipu Daya PKS
Dalam perang kerahasiaan sebuah strategi untuk melawan musuh sangatlah penting. Ini bertujuan agar strategi yang akan diterapkan tidak akan mudah diantisipasi.
Ahli strategi perang asal Tiongkok, Sun Tzu dalam bukunya yang berjudul The Art of War menjelaskan jika manuver perang haruslah seperti angin yang bertiup, atau dengan kata lain, lakukan gerakan tanpa suara (silent operation) dengan tenang.
Atas dasar itu, Sun Tzu memperingatkan jika musuh tidak boleh mengetahui informasi-informasi terkait berbagai tipu muslihat yang dilakukan.
Sun Tzu menambahkan jika musuh sampai mengetahui posisi kita, itu adalah sebuah kesalahan yang sangat fatal. Dengan mengetahui posisi kita, maka musuh akan melakukan spionase untuk mendapatkan berbagai informasi yang mereka butuhkan.
Selain Sun Tzu, penjelasan serupa juga dijelaskan oleh ahli strategi perang Prusia, Carl von Clausewitz dalam bukunya yang berjudul On War yang mengatakan jika perang adalah realitas yang penuh dengan ketidakpastian (realm of uncertainty).
Clausewitz mengibaratkan perang sama dengan kondisi kita di dalam kabut, yang sulit untuk memperkirakan apa yang ada di depan dan di sekeliling. Perang sangat tidak bisa ditebak karena terlalu banyak informasi dan terus berubah.
Sama seperti yang dikatakan Sun Tzu, Clausewitz sangat memperingatkan kerahasiaan akan informasi yang kita punya. Seperti, posisi dimana kita berada, kapan kita menyerang, apa yang akan kita lakukan, dan berapa kekuatan logistik yang dimiliki.
Dalam konteks PKS , cerminan kebimbangan dan responsif seakan diperlihatkan PKS terkait sosok kader yang mendukung calon gubernur lain , tampaknya hanya bagian dari sebuah strategi politik PKS dalam menghadapi PSU Pilkada Papua mendatang.
Strategi ini kiranya bertujuan untuk menyamarkan strategi yang sejatinya akan diterapkan PKS kelak untuk memenangkan MariYo . Dengan kata lain, ini adalah strategi tipu muslihat PKS.
PKS tampaknya tak ingin strateginya diketahui oleh musuh-musuhnya dalam PSU Pilkada mendatang.
Saat musuh-musuhnya mengklaim sudah mengantongi wilayah kemenangan , PKS justru melakukan sebaliknya dengan mengatakan sebuah pernyataan yang sangat normatif, “kami tetap solid mendukung MariYo” .
Hal itu kiranya bertujuan untuk membuat persepsi seakan PKS masih dilanda gejolak internal, tidak fokus pada agenda pemenangan dan sibuk menata dinamika internal.
Untuk memperkuat itu, PKS kemudian melemparkan isu”bahwa aurah kemenangan semakin tampak untuk pasangan MariYo”
Bukan tidak mungkin, PKS sejatinya suda mempersiapkan langka startegis dan agenda pemenangan, melakukan micro mapping, canvasing dan measures jaringan pemilih idiologis PKS.
PKS adalah partai idiologis, barisannya sangat teratur,konsolidasi organisasi partai yang sangat rapi, memiliki kader yang sangat militan dan siap tempur ,bukan tidak mungkin PKS adalah perisai terakhir untuk pasangan MariYo.*
Be the first to comment